1. Atheisme Materialistik
Wujud segala sesuatu dipandang dari materi dimana segala sesuatunya bias ditangkap atau diraba,dipegang,disentuh,dicium dan seterusnya. Hakikatnya ala mini adalah materi atau benda.jiwa dan pikiran adalah materi hanya saja sangat halus berbeda dengan materi yang lain. Dan menurut mereka segala sesuatu yang tidak materi itu tidak ada. Tuhan bukan materi, Tuhan tidak bias dilihat,ditangkap,diraba disentuh, dirasa dan diindera oleh manusia.
Penganut atheisme ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw berdakwah di Mekkah. Dalam Al-Qur’an surah Al Jaafsiyah ayat 24 menjelaskan bahwa Mekkah ada golongan yang tidak percaya adanya Tuhan dan hari kiamat. Mereka mengatakan : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada pula yang membinasakan kita selain masa!”
Atheisme Materialisme
Mencuat pada Abad ke-17 dan ke-19 tokohnya : karl Vogt, Huxely,dll.
Karl Vogt pernah mengatakan : Otaklah yang melahirkan kehidupan ini, melahirkan pikiran sebagaimana ginjal melahirkan air seni.
2. Atheisme Psikologi
Psikologi semestinya dapat menguatkan iman seseorang tentang keberadaan Tuhan. Karena psikologi adalah penjelajahan perasaan, batin dan jiwa manusia. Namun untuk satu ini bukanlah seperti itu namun suatu paham yang tidak meyakini adanya Tuhan melalui penghayatan ilmu jiwa atau psikologi. Tuhan diyakini hanya semacam proyeksi dari rasa sakit psikologis, sehingga manusia membutuhkan sosok yang adi kodrati sebagai tempat berlindung kegelisahan psikisnya. Persis seorang anak yang merintih meminta perlindungan pada ayahnya.
Menurut Sigmund Freud dan Ludwig Van Feuerbach yang merupakan ahli psikologi Jerman pada abad ke-19.“Mereka berdua mengingkari Tuhan dengan alasan psikologi. Menurut mereka bertuhan adalah jiwa kekanak-kanakan yang dibawa hingga dewasa. Menurut Freud, saat kecil manusia lemah. Ia mengalami banyak kekurangan untuk memenuhi kebutuhannya. Meja begitu tinggi bagi seorang bocah. Ia tidak bisa menggapai benda di atasnya. Kursi terasa berat, ia tidak kuat mengangkatnya. Ia melihat ayahnya bisa melakukan apa saja. Mengambil benda di atas meja. Mengangkat kursi. Begitu mudah. Ia kagum pada ayahnya. Ayahnya ia lihat mahakuasa. Ia menjadi sangat memerlukan ayahnya. Ketika anak itu sudah dewasa ia menciptkan Tuhan dalam benaknya. Tuhan yang ia sebut dalam doanya untuk memenuhi keinginan-keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat minta pada ayahnya. Jadi Tuhan, menurut Freud, hanya rekayasa manusia saja untuk ia jadikan tempat bertumpu atas segala keinginannya. Freud mengingkari adanya Tuhan dengan alasan seperti itu. Agama menurut Freud dan Freuebach hanya cerminan keinginan manusia.”
kelemahan dari atheisme psikologi ini adalah pen-generalisasiannya. “Dari awal sampai akhir falsafah mereka lemah. Kita tanya pada anak-anak kecil di sekitar kita tentang Tuhan, mereka akan menjawab Tuhan itu ada.
kelemahan dari atheisme psikologi ini adalah pen-generalisasiannya. “Dari awal sampai akhir falsafah mereka lemah. Kita tanya pada anak-anak kecil di sekitar kita tentang Tuhan, mereka akan menjawab Tuhan itu ada.
3. Atheisme Marxisme
Pencetusnya adalah Karl Marx.kemudian diteruskan oleh Lenin dan dikukuhkan oleh stalin dan seterusnya. Marxisme yang melahirkan komunisme juga pernah hidup dan berkembang di Indonesia dimana hal ini menjadi ideologi yang dijiwai olehPartai Komunis Indonesia atau PKI yang hamper meruntuhkan Republik Indonesia dengan pemberontakan G-30/SPKI tahun 1965.
Karl Marx menggabungkan atheisme materialism dan atheism psikologi. Ia terang terangan memusuhi Tuhan dan agama. Agama yang dianggap sebagai candu masyarakat karena memandang agama adalah khayalan manusia yang gagal membangun surga. dunia. Lalu ingin membangun surga di akhirat.Marxisme yang dibawa olehnya mengajak manusia untuk mendirikan surge dunia karena dunia adalah segalanya.
4. Atheisme Eksistensialisme
Sartre adalah salah satu tokoh terkemuka dalam Filsafat Eksistensialis. Dia adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Atheisme adalah salah satu inti dari filsafat Sartre.
Sartre menolak konsep tentang Tuhan karena konsep Tuhan berisi kontradiksi dalam dirinya sendiri (self-contradiction). Sartre mendefinisikan Tuhan sebagai konsep yang being-in-itself-for-itself. Konsep Tuhan sebagai in-itself memproposisikan bahwa Dia adalah eksis, sempurna dalam dirinya sendiri, dan secara total tidak relevan. Sedangkan konsep for-itself memformulakan bahwa Dia adalah bebas secara sempurna dan tidak terikat terhadap apapun. Kesimpulan logika haruslah menolak konsep seperti ini karena konsep ini berisi kontradiksi dalam dirinya. (Jean-Paul Sartre, Being and Nothingnes : An Essay in Phenomenological Onthology, 1943).
Selain itu, konsep keberadaan Tuhan membatasi kebebasan dan eksistensi manusia. Konsep Tuhan diadopsi oleh manusia untuk memberiarti dunia ini. Manusia menemukan konsep ini untuk menerangkan sesuatu yang tidak dapat diterangkan (explain the unexplainable). Konsep Tuhan adalah keinginan manusia untuk memenuhi ketidaksempurnaan dan ketidakmampuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar